Aku akan mulai cerita tentang seorang Bapak yang kuanggap istimewa semoga Allah
selalu menjaga, melimpahkan keberkahan dan kebahagiaan di dunia akhirat untuk
beliau dan keluarganya.
Kampus ini terbagi menjadi dua gedung, kampus pertama adalah kampus yang kutempati. Kampus kedua tidak begitu jauh dari kampus pertama, hanya butuh berjalan kaki sekitar 7 menit dan menyebrang untuk sampai ke kampus dua.
Kampus ini terbagi menjadi dua gedung, kampus pertama adalah kampus yang kutempati. Kampus kedua tidak begitu jauh dari kampus pertama, hanya butuh berjalan kaki sekitar 7 menit dan menyebrang untuk sampai ke kampus dua.
Selama delapan semester aku belajar di Universitas ini, dikampus pertama yang kutempati ada sekitar empat Bapak Satpam yang bertugas entah itu bergantian atau ada tugas masing-masing yang berbeda aku tidak begitu tau informasi jelasnya.
Kemudian ketika itu, disiang menjelang sore hari aku baru saja menyelesaikan suatu urusan di kampus, dan aku ingin pulang. Kupakai jaket almamater berwarna hitam, kupakai helm putih yang dibelikkan Ayah, kumasukkan kunci ke tempat biasa untuk menyalakkan motor, mulailah bergegas segera menuju ke arah luar gerbang.
Pemandangan yang tidak asing tampak jelas di hadapanku, begitu penuh sekali banyak pengendara beroda dua ataupun beroda empat berlomba-lomba ingin cepat dan selamat sampai ke tempat tujuannya, ada juga mobil berwarna oranye yang sedang giat-giatnya mencari penumpang, mini bus berakhiran kata trans, truk-truk berwarna kuning, banyak pula ojek online berjaket hijau yang sedang ikhtiar mencari rezeki halal untuk keluarga.
Kampusku berada di pinggir jalan, daerah sekitar kampus dipenuhi berbagai macam kedai makanan dan minuman, baik yang sedang kekinian, yang murah meriah dan cocok dengan kantong mahasiswa, beberapa perkantoran, ada bank, dan banyaknya ruko-ruko pertokoan.
Jalan raya dimanapun itu, pasti beragam tipe pengendara. Ada pengendara yang penyabar, berhenti sejenak mempersilahkan kita jalan terlebih dahulu, untuk menyebrang. Namun, tak sedikit juga pengendara lain yang berlaju dengan begitu cepat.
Ketika melihat jalanan yang penuh, aku sebagai perempuan ingin sekali ada orang lain yang tulus ikhlas membantu menyebrang, menunggulah aku di depan gerbang, melihat dan menunggu berbagai kendaraan beroda dua, beroda empat saling melaju, aku menunggu sampai terlihat sepi. Tapi kutunggu, kutunggu ternyata masih juga penuh dan belum terlihat sepi.
Aku menunggu, masih menunggu berharap ada yang membantu untuk menyebrang. Kemudian akhirnya, tak lama dari masa menunggu itu tanpa disangka ada seorang Bapak menggunakan seragam berwarna cokelat tua, menggunakan topi, berwajah teduh, seperti sekitar 60 tahun usianya.
Agak sedikit lupa, tapi Bapak itu sepertinya berkata “tunggu neng tunggu” dalamnya hatiku berkata “Alhamdulillah Ya Allah senangnya hatiku akhirnya ada yang membantuku untuk menyebrang”
Pada waktu-waktu sebelumnya, Bapak ini juga yang lumayan sering membantuku menyebrang. Berbagai kendaraan yang sedang melaju pun diusahakannya berhenti sejenak demi membantuku menyebrang, kaki bapak itu melangkah maju sedikit demi sedikit menjauh dari gerbang, agar bisa memberhentikan sebentar saja kendaraan yang berlalu lalang, agar aku dapat menyebrang dengan aman.
Tak sedikit motor/mobil yang tetap melaju dengan cepat ketika ingin menyebrang, alhamdulillah tapi akhirnya tak lama ada juga mobil yang mau mengalah, mempersilahkanku untuk jalan terlebih dahulu, kutarik gas pelan-pelan, kulihat kanan dan kiri ternyata banyak kendaraan yang berhenti sejenak mempersilahkanku menyebrang maa syaa Allah Alhamdulillah akhirnya aku dapat berkendara dengan perasaan lega.
Senangnya hatiku, setiap aku melihat seorang Bapak yang berprofesi sebagai Satpam, dan juga jika ada seorang Bapak yang bekerja sebagai membantu parkir aku pikir itu adalah pekerjaan yang mulia.
Mereka telah membantu kita, walaupun berbeda-beda di berbagai tempat dan tak sedikit yang mengharuskan kita untuk membayar agar bisa membantu kita menyebrang, tapi tak sedikit juga kan yang ikhlas membantu kita tanpa mengharap imbalan, terutama bagi para perempuan, untuk pejalan kaki, ibu dan anak, nenek tua, para pekerja dan pelajar sekolah. Mereka membantu kita dengan ikhlas tanpa meminta, dan tanpa mengharap balasan.
Kemudian dari sini aku belajar, ternyata membantu orang lain tidak harus menunggu dengan sesuatu yang besar, membantu juga bisa semampu kita dengan cara yang sederhana, karena kita tak tau bantuan/amalan apa yang dapat memasukkan kita ke syurga.
Bisa saja sesuatu atau pertolongan yang kita anggap
kecil dan biasa, ternyata sangat berharga bagi orang yang membutuhkan. Bisa
saja pertolongan yang kita anggap kecil dan biasa justru malah bisa membantu memberatkan
amal kebaikan kita untuk masuk ke syurga, yang penting dan harus terus dilatih adalah keikhlasannya.
Ya Allah semoga kita bisa istiqomah dalam keikhlasan
Ya Allah semoga kita bisa istiqomah dalam keikhlasan
Amanda
Kinta Nur
Bekasi, 10 September 2019
Comments
Post a Comment