Perihal mengikhlaskan siapapun yang merasakannya, aku rasa tidak ada yang baik-baik saja (pada awalnya) karena terbiasa ada, lalu tak ada. Terbiasa sama, lalu berbeda. Terbiasa ya, lalu menjadi tidak.
Tidak ada yang merasa baik-baik saja saat kehilangan, pada awalnya. Namun, seiring berjalannya waktu rasa tidak baik-baik saja itu sedikit demi sedikit berkurang tak seperti awal.
Kita memang hanya butuh waktu. Karena menerima adalah sebuah perjalanan panjang yang tak dapat dituntaskan dalam semalam dan kesedihan memang bukan teman yang menyenangkan untuk dimiliki.
Namun, dipikir kembali jika selalu kesenangan yang kita lalui setiap hari itu juga merupakan ketidakbaikan bukan? Yang ada kita terus lalai dan lupa jika semua ingin terwujud. Maka, percayalah kesedihan hadir dengan maknanya mendewasakan diri
Masih teringat jelas, bahkan di sela-sela kesibukan, bayangan itu masih ada. Aku mengatakan pada diri sendiri bahwa wajar jika masih bisa terasa, karena aku memang butuh waktu untuk mulai mengurangi bayang-bayang itu.
Lagi pula, cerita-cerita itu takkan pernah bisa terlupa. Benar bukan? Karena apa? Karena kita pernah melaluinya, merasakan, dan melewatkannya. Hanya saja ceritanya akan berbeda nantinya ketika cerita itu hanya cukup terkenang saja, hanya selintas lewat di kepala, bukan untuk berawal mula, bukan untuk diputarkan kembali.
Kita sama-sama mengetahui, bahwa segala sesuatu yang bermula pasti akan memiliki akhir. Maka perasaan senang dan sedih juga akan selalu menemui gilirannya. Apabila saat ini kita merasakan sedih maka yakinilah itu hanya sementara dan segera ada kebahagiaan yang menyapa. Begitu pula jika saat ini merasa sangat senang maka bersiap-siaplah apabila sewaktu-waktu hadir kejadian yang membuat kita sedih juga. Bukan untuk menakut-nakuti dan berpikir negatif, tapi bukankah di dunia ini memang tidak ada yang abadi?
Tidak perlu ada yang disesali, karena semua yang terjadi adalah cara Allah mendewasakan diri. Tetap bersyukur atas keputusan Allah yang tak sesuai dengan harapanmu, karena bagaimanapun Allah tahu siapa yang pantas mengisi hatimu, menemanimu menata impian dan harap bersama-sama meraih
ridho-Nya.
Untuk itu jika belum mampu melangkah jauh maka ada baiknya untuk tidak memberi harap, menaruh harap dan menghapus rasa yang telah terpatri dalam hati. Agar hati bebas tak
terikat dan tidak hampa akibat teringat dia yang belum tentu menjadi jodoh
Tanpa memusingkan akan seperti apa hari esok, tanpa terus dibuat kalut dengan banyak sedih di hari-hari kemarin, ingat, bahwa kita masih
punya “sekarang”, let’s do what’s best for who we are today.
Jangan buang energi untuk masa yang sudah bukan lagi tempat
kita, jangan buang energi untuk masa yang belum jadi tempat kita. Tapi, berikan
energi terbaik versi kita untuk masa yang memang sedang jadi tempat kita yaitu: hari
ini
In the end, we have to deal with what is not okay and that’s
okay. Kadang kala tak mengapa jika tak baik-baik saja, kita hanya bisa menjalani apa-apa yang sudah menjadi ketentuan dan takdir dari Yang Maha Kuasa. Baiknya pelan-pelan diterima saja, diakui saja jika sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja. Menepilah sejenak, utarakan keluh dan sesakmu pada-Nya dan pada orang yang kau percayai agar kau tak merasa semakin perih.
Karena beberapa hal sengaja Allah ambil untuk kemudian digantikan
dengan yang memang kita butuhkan, karena ketika kamu berdoa kepada Allah dan meminta untuk diberikan
yang terbaik maka jangan bersedih jika yang kamu miliki saat ini Allah ambil untuk
kemudian diganti dengan yang kamu butuhkan. Yuk kita terus belajar pelan-pelan untuk ikhlas menerima segala ketentuan-Nya, karena yakinlah segala yang Allah tentukan pasti terbaik.
Karena sabar itu tak berbatas waktu. Berbaik sangka pada pemberi segala adalah kuncinya. Saat sesuatu tak sesuai dengan inginmu, ingatlah bahwa apa yang ada di sisiNya jauh lebih baik dari pintamu. Selamat berjuang dalam mengikhlaskan
Comments
Post a Comment